MENJADI SAHABAT BAGI ALQURAN


Tintasiyasi.com-- Hari Minggu, tanggal 2 Februari 2020, Rumah Al-Quran Al-Madinah Kamil (RQMK) menyelenggarakan Seminar Parenting yang mengambil tema, 'Menjadi Sahabat Bagi Alquran'. Acara ini adalah  acara tahunan yang diselenggarakan oleh RQMK dalam rangka memberikan motivasi kepada para Wali Santri agar mendidik putra putrinya dalam menyayangi dan mencintai Alquran.

RQMK adalah rumah Alquran yang menggunakan metode tabarak dalam pengajarannya. Jika Rumah Quran di daerah lain biaya pendaftarannya Rp 3 -5 juta dengan SPP tiap Rp 300-500 ribu, maka Rumah RQMK gratis pendaftaran dan SPP.

Acara seminar parenting berlangsung dari pukul 07.00 sampai selesai 11.30. Acara dimulai dengan regristrasi para peserta yakni santri dan para walisantrinya. Dilanjutkan dengan tampilan murajaah para santri yang menjadi kelas pagi dan kelas sore. Surat yang di baca bervariasi mulai dari juz 28 hingga juz 30, tergantung pada levelnya masing-masing. Santri-santri kecil yang masih berusia 3-6 tahun begitu fasih melantunkan ayat-ayat suci. Mereka membacanya tanpa teks alias menghafal. Bahkan santri yang masih baru belajar 1 bulan sudah bisa menghafal hingga surat at Takwir pada juz 30. Masya Allah!

 Acara selanjutnya adalah  sambutan pemilik RQMK yakni Ustadzah Lia. Beliau menceritakan suka duka berdirinya rumah Alquran. Biaya mahal menyebabkan tidak semua anak muslim bisa berkesempatan menghafal Alquran. Itulah yang mendorong Beliau bersama suaminya, Ustad Andre untuk mendirikan Rumah Alquran dengan menggratiskan semua biaya pendidikan. Semoga Allah membalas kebaikan Beliau beserta keluarganya dengan surga seluas langit dan bumi..aamiin.

Selanjutnya adalah sambutan kepala sekolah, Ustadzah Wahyu. Beliau sangat bersyukur diberi Amanah oleh Ustadzah Lia. Ketulusan dan keikhlasan Beliau dalam membimbing dan mengajari santri-santri RQMK terpancar jelas dari raut wajahnya.

Setelah acara sambutan-sambutan, kemudian masuk acara inti. Tuan rumah mengundang pendiri Insan Cendekia Sidoarjo, Ustadz Ahmad Fathoni. Beliau memaparkan bahwa pendidikan anak menurut Sahabat Ali bin Abi Thalib Ra. ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak, yaitu :

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagai raja.

2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.

3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

ANAK SEBAGAI RAJA (Usia 0-7 tahun)

Melayani anak dibawah usia 7 tahun dengan sepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya :

>> Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat ia memanggil kita- bahkan ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita – maka ia akan langsung menjawab dan menghampiri kita ketika kita memanggilnya.

>> Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita akan terharu ketika ia memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau sakit.

>> Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/temannya melakukan kesalahan padanya.

Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

Maka intinya adalah pada tahap ini anak belajar dari sikap kita kepadanya, jika kita lembut kepadanya maka ia akan tumbuh menjadi orang yang lembut. Lembut disini bukan berarti kita memanjakan tapi kita tetap tegas mengenai hal-hal yang baik dan tidak untuknya.

ANAK SEBAGAI TAWANAN (usia 8-14 tahun)

Kenapa sebagai tawanan? Karena kedudukan tawanan dalam Islam sangatlah terhormat, ia mendapatkan haknya secara proporsional namun juga dikenakan berbagai larangan serta kewajiban.

Inilah dimana saatnya anak mengetahui hak dan kewajibannya, tentang akidah dan hukum agama baik yang diwajibkan maupun yang dilarang. Hal-hal tersebut diantaranya : mengerjakan sholat 5 waktu, memakai pakaian yang bersih, rapi, dan menutup aurat, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, membiasakan membaca AlQur’an, serta membantu pekerjaan rumah yang sesuai dengan kemampuan anak seusia ini. 

Pada tahap ini anak juga mulai menerapkan kedisiplinan sehari-hari dengan system reward dan punishment. Hal ini penting dilakukan di tahap ini karena anak sudah mulai mengerti arti tanggung jawab dan konsekuensi tentang suatu hal.

ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)

Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib Ra.

>> Berbicara dari hati ke hati Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa.

Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, Ia juga akan mengalami perubahan secara mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita para orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akil baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akan ditayangkan dan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.

>> Memberi ruang lebih Setelah memasuki usia akil baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan kita.

Controlling atau pengawasan tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdoa untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi. Selanjutnya, Ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi perilaku buruk.

>> Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.

Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik- adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola kuangannya sendiri

>> Membekali anak dengan keahlian hidup.

Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah” (Riwayat sahih Imam Bukhari dan Imam Muslm). 

Secara harfiah, olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.

Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :

>Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa percaa diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.

> Berenang = Survival of Life , mendidik anak agar selalu bersemangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.

> Memanah = Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

Dengan menjadikannya seperti sahabat, anak akan merasa nyaman berbagi tentang hal apapun, ia tidak akan merasa takut akan dihakimi tentang permasalahannya karena ia memiliki tempat terbaik untuk berdiskusi dalam segala hal. Tentunya kita tidak ingin anak justru salah mendapatkan pengertian tentang hal-hal tertentu bukan?

Indah sekali ternyata membaca Parenting ala Ali RA ini, ternyata hal-hal seperti parenting ini juga telah dibahas dalam Islam.

Wallahu a'lam bis showab.

Reporter :

Achmad Mu'it
(Wali santri yang menitipkan 3 anaknya di Rumah Alquran Al Madinah Kamil)

Posting Komentar

0 Komentar